I Like To Move It (Behind the Scene)

Pindah dari satu tempat tinggal ke tempat tinggal lainnya bukan perkara yg mudah. Kalau cuma ikut nginep satu dua kali sih gampang, gak pake bawa ini itu. Nah ini, kalau mesti pindah tempat tinggal, berarti barang-barang kita semua mau gak mau juga ikut dibawa dong?

Kepindahan saya tentu saja harus disertai dengan barang-barang saya. Awalnya saya 'cuma' mau bawa beberapa pakaian, dan buku-buku yg saya punya. Taunya, ada tawaran untuk membawa perlengkapan yg sekiranya diperlukan dari Om saya, dan terpikirlah kasur, bantal, serta kipas angin! Yup... Dengan izin Om saya, akhirnya barang-barang yg direncanakan sudah akan saya bawa sebelumnya, bertambah dengan kasur, bantal, dan kipas angin. Tunggu dulu, setelah itu saya baru kepikiran, bawanya pakai apa?

Setelah tidak mungkinnya dibawa dengan motor, tercetuslah menggunakan taksi. Dan tanpa diduga, setelah semua barang dikemas, oh banyak sekali jumlahnya! Bagasi taksi Burung Biru itu penuh dengan kasur, bantal, tas-tas berisikan baju, sepatu, dan sebagainya. Kursi penumpang dekat supir diisi dengan buku-buku saya. Dan saya, beserta teman yg 'mau' diajak jadi 'kuli', duduk di kursi penumpang belakang, ditemani kipas angin, laptop beserta kardusnya. Meluncurlah malam minggu itu, sekitar pukul 8 malam, 21 Maret 2009, ke daerah Balai Rakyat Tugu, Jakarta Utara. Sewaktu panggil taksi, saya sempat bingung mengenai argonya. Karena jarak dari rumah di Utan Kayu ke jalan raya, lumayan, dan saya takut kalau panggil taksi ke depan rumah, saya bayar juga. Tapi ketika saya tanya mengenai masalah itu, supir taksi bilang "Ya kalau mas naik, argonya jalan." Hahaha... bagus! Akhirnya saya seperti ngangon sapi yg menggiring sapinya menuju lahan hijau.

Sesampainya di gang masuk Balai Rakyat, sekarang bingung bagaimana membawa barang-barang yg banyak tadi ke tempat kosan yg jaraknya sama sewaktu memanggil taksi ke depan rumah. Sewaktu minta izin yg punya lahan di depan gang, eh ada tukang becak, dan bersyukur, tukang becaknya mau mengangkut kita. Dengan dua becak berjalan di belakang saya ma temen saya cari kosan, dengan pedenya juga saya hanya mengikuti kaki melangkah. Sewaktu tukang becak mau kemana, dia gak tau rumah bapak kos yg saya sebut. Eh... taunya malah nyasar!!! Gila! Malu banget! Untung dah malem, dan kita sok-sokan. Tukang becaknya mulai (agak) kesel, dia nanya lagi alamatnya dimana. Duh, saya bego lagi. Padahal saya punya alamat rumahnya, dan sewaktu dikasih tau ke tukang becaknya, dia tau banget alamat itu! Dan rumah tersebut sudah terlewat di belakang saya dan teman saya! Walah, jadinya barang di dua becak dipecah biar kita berdua bisa duduk. Dan, voila, sampai juga di tempat kosan!

Beruntung tukang becak mau bantu angkatin barang-barang saya ke kamar kosan yg berada di lantai atas. Hahaha.. Malam yg melelahkan, dan seru! Eh, besoknya pas saya masuk pagi, lelah sekali saya. Nguap mulu! 

Comments

Popular posts from this blog

Kartu Member

Bahasa Serapan...

Modus Penipuan Pembeli Online