Hati-hati Ponsel Samsung Rekondisi

Awal bulan ini saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan saat beli ponsel secara online melalui salah satu situs marketplace terkenal, Tokopedia. Padahal sebelum-sebelumnya, saya sudah pernah membeli ponsel melalui Tokopedia, dan alhamdulillah tidak pernah ada masalah. Saya tidak menyalahkan pihak Tokopedia, namun sepertinya toko ini memang memiliki niatan tidak baik. Atau mungkin saya sedang sial saja. Ya anggaplah seperti itu. Karenanya, saya ingin membagikan cerita ini ke teman-teman sekalian.


Ponsel baru Samsung (kiri) dan ponsel rekondisi (kanan).

Ceritanya berawal karena saya memerlukan ponsel untuk menggantikan ponsel saya yang rusak. Pilihannya jatuh ke Samsung Galaxy A7 (2018). Selain karena fiturnya, harga yang ditawarkan juga masih masuk akal. Berharap ingin praktis tanpa perlu mencari-cari dan berkeliling toko di Roxy Mas, akhirnya saya memilih mencari melalui Tokopedia seperti biasa.  Saya carilah ponsel yang tersedia di toko dengan logo Power Merchant, karena di Official Store sudah tidak tersedia. Ada beberapa pilihan toko yang masih menjual ponsel tersebut, saya kirimi pesan untuk menanyakan apakah ada stok dan dapat dikirim di hari yang sama. Sampai akhirnya, si toko ini lebih dulu membalas pesan saya. Setelah saya cek tokonya, baca ulasan transaksinya, akhirnya saya setuju untuk bertransaksi di toko tersebut. Harga yang ditawarkan toko tersebut juga tidak murah, karena hanya terpaut sekitar 100.000-an jika dibanding dengan toko resmi Samsung. 

Setelah barang diterima, saya tidak langsung buka paket barangnya karena kondisi masih di jam layanan kantor. Saya pun tidak langsung konfirmasi penerimaan di aplikasi Tokopedia, karena khawatir ada terjadi sesuatu dengan ponselnya. Namun setelah saya buka paketnya, kecurigaan saya muncul. Kenapa? Karena dus ponsel Samsung Galaxy A7 (2018) itu putih, terlihat jelas di antara penutup dus itu warna putihnya agak kekuningan. Karena ingin memastikan, jadilah pulang kantor saya langsung pergi ke ITC Roxy Mas, tepatnya ke Service Center Samsung di Lantai 4. 

Setelah sampai di Samsung Service Center dan membuka dusnya, kecurigaan saya bertambah. Saya merasa yakin ponsel tersebut bukan ponsel baru yang bersegel resmi. Melihat dari bungkus plastik ponsel yang tipis, dan adanya stiker tambahan di plastik layar ponsel yang mana biasanya bersatu dengan plastik pembungkus ponsel, membuat saya semakin yakin bahwa ponsel tersebut adalah ponsel rekondisi. Bukan ponsel baru. Stiker IMEI yang biasa menempel di belakang bagian ponsel Samsung pun membuat kecurigaan saya muncuk, karena cetakan stiker IMEI yang ditempel nampak seperti hasil cetakan printer yang garisnya patah-patah. Namun untuk garansi ponselnya sendiri, dicek oleh pihak Samsung Service Center memang memiliki garansi SEIN, dan masih memiliki masa garansi hingga Januari 2020 jika dilihat dari garansi mesin.

Karena masih penasaran, akhirnya saya dan Kakak saya berpikir untuk menanyakan ke para penjual ponsel Samsung sendiri. Karena saya malu, akhirnya dibantu Kakak saya, dia menanyakan perihal ponsel yang baru dibeli ini ke toko Samsung resmi. Dengan alibi membeli di Toko ponsel Samsung di mall lain, akhirnya diberi penjelasan sedikit mengenai kondisi seharusnya jika ponsel resmi baru dari Samsung. Kecurigaan awal pada plastik pembungkus ponsel, dan juga tempelan stiker di depan layar ponsel menjadi pembeda antara ponsel garansi baru dari Samsung. Dan dapat dipastikan, ponsel yang saya beli melalui Tokopedia, adalah barang rekondisi. Karena kalau diperhatikan lagi, ternyata di bagian tepi layar ponsel ada sedikit guratan seperti bekas pemakaian alias lecet kecil dan permukaan di sekitar layar ponsel nampak seperti bekas pemakaian karena banyaknya debu yang menempel. 

Mendapat jawaban dari pihak Samsung, akhirnya saya menanyakan perihal ponsel rekondisi atau tidak dengan penjual ponsel melalui Tokopedia. Namun sayangnya pihak penjual seperti lepas tangan dengan menginformasikan bahwa produk tersebut adalah dari seller langsung. Dan ketika saya minta untuk langsung dapat ditukar, karena saya tahu pengirimannya dari ITC Roxy Mas juga, namunn pihak penjual berkilah bahwa sedang di luar kota, dan meminta untuk mengirimkan kembali ke alamat yang diberikan penjual. Tidak mau berlama-lama, akhirnya saya dan kakak saya memutuskan untuk membeli langsung ponsel yang sama persis, Samsung Galaxy A7 (2018), yang tersedia di toko.

Sesampainya di rumah, akhirnya saya melakukan perbandingan antara ponsel yang saya beli melalui situs online dan yang saya beli di toko resmi Samsung. Dari dus ponselnya, yang saya beli online merupakan dus lama yang hanya menuliskan tipe ponsel (A7), tanpa disertai gambar ponselnya seperti yang saya beli di toko resmi. Menurut penjual, dus ponsel yang hanya menuliskan tipe ponsel adalah model lama.

Selain itu, ada beberapa hal lain yang berbeda yang harus kita waspadai ketika membeli ponsel, khususnya merek Samsung.


Perbedaan warna huruf ponsel baru Samsung (kiri) dan ponsel rekondisi (kanan).

Tampilan teks di belakang dus ponsel yang menuliskan informasi mengenai keunggulan ponsel dan lainnya, di ponsel yang saya beli online menggunakan warna huruf yang lebih cerah. Sedangkan di dus ponsel yang saya beli di toko resmi, warna hurufnya lebih gelap dan pekat.



Warna pada tulisan di plastik segel ponsel baru Samsung (atas) dan ponsel rekondisi (bawah).

Begitupun dengan warna huruf di plastik segel pembungkus dusnya, warna huruf di ponsel yang saya beli online lebih cerah dibandingkan dengan warna huruf di ponsel resmi.


Ponsel rekondisi (kiri) dan ponsel baru Samsung (kanan).

Jika diperhatikan lebih seksama, tipe huruf yang digunakan dalam stiker segel ponsel berbeda. Tipe huruf yang digunakan di ponsel yang dibeli online, memiliki tipe yang lebih tinggi dan tipis, sedangkan di ponsel resmi menggunakan tulisan yang lebih bulat.

Stiker yang ditempel di plastik ponsel rekondisi (kiri) dan ponsel baru Samsung (kanan).

Jika dilihat dari plastik pembungkus ponselnya, dapat dilihat plastik yang digunakan ponsel online menggunakan plastik tipis dan menempelkan stiker tambahan di atas layar ponselnya untuk menuliskan keunggulan menggunakan ponsel Samsung. Cetakan tulisan yang dihasilkan dari stiker tersebut pun tidak pekat, melainkan samar-samar. Bandingkan dengan plastik yang digunakan di ponsel resmi lebih tebal, dan tidak ada plastik tambahan untuk menampilkan keunggulan menggunakan ponsel Samsung, melainkan menyatu dengan plastik pembungkus ponselnya. Dan juga memiliki ujung yang membulat layaknya layar ponsel, tidak seperti stiker yang ditempel dan memiliki sudut siku yang lancip.

Tampilan stiker IMEI di ponsel rekondisi (kiri) dan ponsel baru Samsung (kanan).

Yang terakhir, stiker yang menuliskan IMEI ponsel terlihat lebih nyata dan jelas di ponsel resmi dibandingkan dengan ponsel yang dibeli online. Stiker yang menempel di ponsel yang dibeli online nampak seperti cetakan mesin printer, yang mana printernya harus diperbaiki karena tidak bisa menghasilkan garis lurus.

Dan jika memang masih ragu, silakan datang ke Samsung Service Center untuk menanyakan perihal ponsel tersebut apakah benar memiliki garansi SEIN atau tidak, dan apakah masih berlaku atau tidak.

Intinya, setiap melakukan pembelian barang apapun, kita harus dapat selektif dalam mengecek barang dengan baik. Jika memang tidak sesuai dengan deskripsinya, kita bisa melakukan konfirmasi ke penjual, dan dapat melakukan pengajuan pengembalian barang seperti yang saya lakukan. Apakah teman-teman ada yang pernah mengalami hal yang sama juga? Silakan berbagi cerita di kolom komentar ya. 

Comments

Popular posts from this blog

Kartu Member

Bahasa Serapan...

Modus Penipuan Pembeli Online