Cerita Saya Soal Perayaan HUT RI



Tahun
ini Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke 75. Jika dibandingkan dengan usia rata-rata manusia, artinya sudah memasuki fase lanjut usia. Saatnya istirahat, menikmati hari tua. Namun nampaknya berbeda dengan Indonesia di usia 75 tahun karena lewat slogannya tahun ini, Indonesia Maju, pemerintah mengajak masyarakat untuk memajukan Indonesia. Hal ini senada dengan filosofi di logo 75 tahun Kemerdekaan Indonesia. Warna merah di latar perisai sebagai lambang negara yang mampu memperkokoh kedaulatan, menjaga persatuan dan kesatuan. Lalu angka 75 menyimbolkan arti dari kesetaraan dan pertumbuhan ekonomi untuk rakyat Indonesia, dan progres nyata dalam bekerja untuk memeprsembahkan hasil yang terbaik kepada semua rakyat Indonesia.

Saya sendiri sebagai warga negara Indonesia, merasakan banyak perubahan yang terjadi di negara ini. Mungkin tidak semuanya bagus, karena selalu ada saja pihak pro dan kontra dari kebijakan yang diambil pemerintah. Perubahan Kartu Tanda Pengenal (KTP) menjadi sistem elektronik misalnya, walaupun awalnya memang menjadi proyek korupsi, namun KTP elektronik menjadikan masyarakat tertib akan tanda pengenal. Tidak ada lagi warga yang bisa memiliki dua tanda pengenal (KTP). Begitupun di sistem Surat Izin Mengemudi (SIM) yang mengikuti sistem elektronik, semoga semuanya membawa perubahan yang lebih baik. Walaupun di lapangan untuk mendapatkan KTP maupun SIM masih barus mengeluarkan ongkos yang tidak sedikit.

Selain ingin pemerintah agar selalu bisa berubah ke arah yang lebih baik, saya pun ingin agar seluruh warga negara Indonesia, bisa lebih bijak dalam bernegara. Tidak serta merta menyalahkan pemerintah ketika suatu musibah atau masalah datang. Tetapi bisa diselidiki dulu, asal masalah permasalahannya seperti apa. Atau ketika mendapatkan informasi dari media sosial atau dari grup perpesanan, ada baiknya dicek dahulu kebenarannya. Karena di jaman dunia Internet yang semakin maju, ditambah rendahnya keinginan penggunanya untuk mencari kebenaran suatu berita, terkadang membuat masayarakat Indonesia 'senang' menelan berita atau info hoaks mentah-mentah.

Ketertiban masyarakatpun terkadang harus diperbaiki. Tidak semua, namun sebagian besar masyarakat Indonesia belum bisa tertib. Baik saat mengantri, ketika berkendara, dan lainnya. Untuk hal ini, adakalanya kalangan terdidik pun bahkan lalai untuk tertib. Entah merasa karena merasa dirinya terdidik, atau mungkin karena memiliki materi yang lebih banyak. Entahlah. 

Terlepas dari itu semua, perayaan hari kemerdekaan Indonesia tahun ini tidak bisa semeriah tahun-tahun sebelumnya. Upacara peringatan detik-detik proklamasi pun dilakukan dengan sangat minimal. Mulai dari peserta upacara maupun petugas pengibaran dan penurunan bendera yang dikurangi, hingga hiburan paduan suara Gita Bahana Nusantara pun menyanyikan lagu secara daring yang sudah direkam sebelumnya. Hal ini dilakukan tidak lain dan tidak bukan karena masih berlakunya status pandemi virus Covid-19 di Jakarta, sehingga mengharuskan pemerintah melaksanakan peringatan detik-detik proklamasi dengan prosedur kenormalan baru dengan sangat ketat.




Pelaksanaan peringatan detik-detik Proklamasi pun berjalan dengan khidmat, dan nyatanya cukup membawa perasaan sedih ketika melihatnya. Semoga saja pandemik ini segera berakhir, sehingga semuanya bisa mulai beraktifitas seperti biasanya.

Seperti yang sering diucapkan oleh salah satu Ustad ternama di Indonesia, mari kita mulai perubahan dari hal kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai saat ini. Tetap semangat teman-teman, mari kita bersama membangun Indonesia yang lebih baik dan bergotong-royong, bekerja sama untuk mencapai Indoensia Maju! Merdeka!

Comments

Popular posts from this blog

Kartu Member

Bahasa Serapan...

Modus Penipuan Pembeli Online